Rupiah Kembali Melemah, Sentuh Rp16.587 per Dolar AS

Nilai tukar rupiah kembali mengalami pelemahan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan sore ini, Selasa (21/10). Berdasarkan data pasar spot Bloomberg, rupiah ditutup di level Rp16.587 per dolar AS, turun sekitar 0,32% dibandingkan posisi sebelumnya di Rp16.534 per dolar. Dengan pelemahan ini, rupiah mencatatkan kinerja negatif selama empat hari berturut-turut, menandakan tekanan kuat terhadap mata uang domestik di tengah kondisi global yang tidak menentu.

Kenaikan indeks dolar AS yang mencapai level tertingginya dalam tiga bulan terakhir menjadi faktor utama pelemahan rupiah. Pasar global masih dihantui oleh ketidakpastian kebijakan suku bunga The Federal Reserve (The Fed), di mana para pejabat bank sentral AS memberi sinyal bahwa tingkat suku bunga tinggi akan dipertahankan lebih lama. Kondisi ini membuat investor global cenderung menahan dana di aset-aset berdenominasi dolar, sehingga menekan mata uang negara berkembang, termasuk rupiah.

Selain faktor eksternal, tekanan juga datang dari dalam negeri. Inflasi yang cenderung naik menjelang akhir tahun serta pelebaran defisit transaksi berjalan menjadi sorotan pelaku pasar. Kebutuhan impor energi yang meningkat dan pembayaran utang luar negeri korporasi turut memperkuat permintaan terhadap dolar. Di sisi lain, ekspektasi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mulai direvisi ke bawah oleh sejumlah lembaga riset membuat minat investor asing terhadap aset berisiko Indonesia menurun.

Bank Indonesia (BI) memastikan tetap siaga menghadapi fluktuasi nilai tukar ini. Melalui intervensi ganda di pasar spot dan Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF), BI berupaya menjaga stabilitas rupiah agar tidak jatuh terlalu dalam. Deputi Gubernur BI bahkan menegaskan bahwa cadangan devisa Indonesia masih cukup kuat untuk menahan gejolak jangka pendek. Selain itu, BI juga terus memperkuat kerja sama dengan bank sentral regional dalam upaya memperluas penggunaan mata uang lokal (Local Currency Transaction/LCT) guna mengurangi ketergantungan pada dolar AS.

Baca juga: Bagaimana Mikroplastik Masuk ke Air Hujan yang Turun dari Langit

Dari sisi pelaku usaha, pelemahan rupiah mulai menimbulkan kekhawatiran terhadap biaya impor bahan baku yang semakin mahal. Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) menyebutkan bahwa beberapa sektor manufaktur, terutama yang bergantung pada bahan baku impor, mulai melakukan penyesuaian harga. Namun, di sisi lain, eksportir justru mendapat keuntungan karena nilai tukar yang lebih lemah dapat meningkatkan daya saing produk mereka di pasar global.

Analis keuangan memperkirakan pergerakan rupiah dalam beberapa hari ke depan masih akan cenderung fluktuatif, berada di kisaran Rp16.550 hingga Rp16.650 per dolar AS. Jika The Fed kembali menegaskan sikap hawkish-nya, tekanan terhadap rupiah kemungkinan akan berlanjut. Namun, peluang penguatan tetap terbuka apabila ada sinyal bahwa perekonomian AS mulai melambat atau jika data inflasi global menunjukkan tren menurun.

Secara keseluruhan, pelemahan rupiah kali ini mencerminkan betapa rentannya pasar keuangan terhadap perubahan sentimen global. Pemerintah diharapkan terus memperkuat fundamental ekonomi, menjaga stabilitas harga, dan meningkatkan ekspor untuk mengurangi ketergantungan terhadap impor. Di tengah ketidakpastian global yang masih tinggi, kolaborasi antara Bank Indonesia, Kementerian Keuangan, dan pelaku industri menjadi kunci untuk memastikan agar stabilitas nilai tukar dan kepercayaan investor tetap terjaga.

3 thoughts on “Rupiah Kembali Melemah, Sentuh Rp16.587 per Dolar AS

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *